Narsis itu Penyakit, Bukan Percaya Diri!

0
[Image: med_3006110712_narsis.jpg]


Narsis itu Penyakit, Bukan Percaya Diri!:
Pernah lihat orang yang sangat percaya diri dan bangga dengan dirinya sendiri? Atau mungkin kita sendiri yang merasakan itu? Hati-hati, bisa jadi itu pertanda Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau penyakit narsis, bukan percaya diri.

Dalam sebuah buku yang berjudul 'Malignant Self Love-Narcissism Revisited' , kata Narsis berasal dari sebuah mitologi Yunani, tentang seorang pemuda tampan bernama Narsisus. Ia lebih tampan dari pria manapun di dunia ini sehingga banyak gadis memujanya, bahkan dia sendiri mencintai bayangan wajahnya. Tak urung dewi-dewi pun menyukainya termasuk salah seorang peri yang jatuh cinta padanya bernama Echos.

Ia mengabaikan cinta Echos, karena ia lebih mengagumi ketampanannya dengan berkaca pada sebuah sungai. Narsisus jatuh cinta pada bayangannya sendiri hingga akhirnya tenggelam.

Berdasarkan mitos tersebut, kata narsis digunakan untuk menggambarkan orang yang mencintai dirinya sendiri. Akan tetapi menurut Sam Vaknin, penulis buku itu, konsep narsisme kerap disalahartikan. Narsisus sebenarnya bukan mencintai dirinya sendiri, tetapi bayangannya.

Bagi penderita narsis, perlu dilakukan penangangan dengan cara terapi secara psikologis (psikoterapi). Sebab tidak ada obat yang khusus digunakan untuk mengobati narsisme. Namun, jika penderita sudah mengalami gejala depresi, gelisah atau kondisi lain, obat seperti antidepresan atau obat anti-kecemasan dapat membantu.

Jenis-jenis terapi yang bisa dilakukan untuk menangani penderita narsis.
Terapi kognitif
Membantu penderita mengidentifikasi keyakinan dan perilaku yang negatif dan tidak sehat, dan menghilangkannya dengan hal lain yang lebih positif dan sehat.

Terapi keluarga
Di setiap sesi terapi, harus selalu mengikutsertakan keluarga, sehingga dapat benar-benar tereksplorasi berbagai konflik yang ada. Komunikasi dan penyelesaian masalah dilakukan dengan tetap melibatkan keluarga.

Terapi kelompok
Penderita bergabung dengan penderita lain dalam suatu kelompok. Ini akan membantu penderita dalam memahami bagaimana agar bisa berhubungan dengan orang lain lebih baik lagi. Misalnya dengan mendengarkan orang lain, memahami perasaan orang lain, dan juga memberikan dukungan kepada orang lain.

Karena penyimpangan kepribadian sulit diubah, maka terapi ini membutuhkan waktu yang agak lama, bisa sampai bertahun-tahun. Di sinilah dibutuhkan kesabaran dan tekat yang kuat dari penderita, serta dukungan yang penuh dari orang-orang terdekat.

Tujuan jangka pendek dari psikoterapi ini adalah untuk menangani masalah-masalah seperti penyalahgunaan narkotika, depresi, rendah diri atau malu, sebagai komplikasi dari narsisme. Tujuan jangka panjangnya adalah untuk membentuk kepribadian penderita, setidaknya sampai pada tingkatan tertentu, di mana penderita akhirnya bisa mengubah pola berpikir yang menyimpang tersebut. Dengan demikian, si penderita nantinya mampu membina suatu hubungan relasi yang lebih baik dengan orang lain.

Tidak ada yang tahu dengan pasti bagaimana cara mencegah narsisme. Namun, penanganan psikoterapi yang dilakukan sesegera mungkin dan dari usia yang sedini mungkin, mampu mencegah hal ini.

Kunjungi dokter atau seseorang yang memang ahli dalam menangani dan mengatasi masalah penyimpangan kepribadian, mental maupun kejiwaan.

Selain itu, kesadaran dan tekat yang kuat untuk sembuh dan memperbaiki diri tentunya memegang peranan yang amat penting.

Cobalah untuk lebih ikhlas, belajar menenangkan diri dan mengendalikan stress, seperti meditasi dan yoga. Selalu berpikir positif dan menghargai serta mensyukuri kehidupan yang diberikan Tuhan adalah sangat penting agar kebahagiaan sejati bisa diperoleh.(inioke)

source:minangforum.com